ketika bulan Ramadhan datang, tiba-tiba suamiku mengejutkanku bahwa ia akan beri'tikaf selama 15 hari terakhir Ramadhan di Masjidil Haram. Tentu kalian mengerti tentang kesulitan yang menimpaku, karena aku akan ditinggal sendirian bersama anak-anakku. kami tinggal di daerah yang jauh dari keluarga, sedang para tetangga di sini semuanya menutup pintu rumahnya(tidak peduli dengan urusan sesama tetangga). Aku merasa gembira karena suamiku akan beri'tikaf. Akan tetapi, manfaat apa yang dapat kupetik dalam kesendirianku ini ?
ketika waktunya telah tiba dan suamiku pergi untuk beri'rikaf, maka aku pun merasakan pahitnya kesendirian yang sebenarnya. kemudian, aku mengangkat tanganku kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, lalu aku berdoa kepada-Nya dengan doa orang yang tertimpa kesulitan, sedang air mata pun membasahi pipiku, "Wahai Rabbku, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Curahkanlah kepadaku rezeki berupa teman-teman yang shalihah, yang lebih baik dari aku. Sehingga, aku bisa meneladani mereka. Ya Allah, berikanlah aku sebaik-baik teman."
Sungguh, doaku segera dikabulkan oleh Rabb Yang Maha Pengasih.
Ketika aku duduk di depan komputer sambil mengakses internet guna mencari situs yang berisikan informasi tentang keajaiban Al-Qur'anul karim, tiba-tiba mataku tertuju pada situs akademi para penghafal Al-Qur'an. Sebelumnya, aku tidak tahu bahwa masuknya aku ke dalam komunitas situs ini adalah pertanda terkabulnya doaku.
Sungguh, merupakan karunia Allah dan taufik-Nya atasku adalah aku segera mendaftarkan diri untuk beri'tikaf di akademi para penghafal Al-Qur'an tersebut tanpa keraguan.
Sejak pertama aku beri'tikaf, aku merasa kagum dengan para akhwat yang turut beri'tikaf denganku. Demi Allah, mereka adalah sebaik-baik saudari di jalan Allah. Mereka menceritakan pengalaman-pengalaman mereka dalam menghafal Al-Qur'an. Masuk akalkah bahwa diantara mereka ada yang hafal Al-Qur'an hanya dalam waktu 3 hari ? Padahal, selama tujuh tahun aku tidak memiliki hafalan kecuali hanya 2 surat. Setelah itu kerinduanku(untuk menghafal) pun bertambah, sementara kesedihan dan kesempitanku menghilang.
Aku mengambil keputusan untuk beri'tikaf dalam rangka menghafal Al-Qur'an. Karena sesungguhnya, inilah amalan yang terbaik di bulan Ramadhan.
Aku pun mengambil secarik kertas, lalu aku tulis di dalamnya keuntungan-keuntungan yang akan aku dapatkan dari menghafal Al-Qur'an berupa nikmat dan kebaikan yang besar, baik di dunia maupun di akhirat. Begitu pula dengan nikmat yang lebih besar dari keduanya, yaitu keridhaan Allah terhadapku.
Aku berkhayal seakan-akan aku bersama para nabi, shiddiqqin, syuhada, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang paling baik.
Aku menulis semuanya, dan aku menggantungkan tulisan itu di tempat yang senantiasa kurawat. Aku pun, membawa halaman-halaman(mushaf Al-Qur'an) yang telah aku putuskan bahwa sekali-kali tidak akan meninggalkannya; dan akan menjadikannya sebagai teman di dalam eksperimen ini.
Setelah itu, aku pun berwudhu, lalu duduk dan membuka Al-Qur'an.
Kemudian, aku memasang alat pengingat untuk mengingatkanku bahwa aku akan hafal 1 lembar dalam 10 menit. Maka, aku pun mulai menghafal halaman demi halaman. Setiap halaman, aku menghafalnya seraya berdoa kepada Allah agar Dia berkenan memantapkannya pada diriku. Doa yang kupanjatkan adalah, "Ya Rabbku, aku titipkan pada-Mu apa-apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku. Maka, jagalah ia untukku."
Aku mulai menghafal pada waktu Dhuha sampai Zhuhur, lalu menghafal lagi sampai jam setengah tiga siang. Setelah itu, aku tidur sebentar dengan memasang alarm. Ketika alarm berbunyi pada jam 3 sore, aku segera bangun untuk shalat Ashar. Kemudian, aku mulai menghafal sampai datang waktu maghrib, lalu kulanjutkan hingga sebelum Isya'.
Dari mulai menghafal sampai selesai, aku tidak berpindah-pindah. Aku hanya duduk pada satu tempat, hingga tak terasa bahwa aku telah menghafal 3 juz. Ya Allah, betapa mulianya Engkau dan betapa besarnya nikmat-Mu. Aku pun melanjutkan hafalanku sampai aku selesai menghafal 16 juz Al-Qur'an dalam 6 hari, Alhamdulillah. Aku bingung, apakah aku akan menyempurnakan hafalanku menjadi 30 juz ataukah mengulang-ulang apa yang telah aku hafal. Kawan-kawan baikku menasihatiku agar aku menyempurnakan hafalanku dan tidak berhenti hanya pada juz ke-16. Maka, aku pun menyempurnakan hafalanku.
Subhanallah, tak terasa aku meninggalkan tempat dimana aku menghafal Al-Qur'an dan ber-khalwat(mendekatkan diri) dengan Rabbku, menuju kehidupan yang melalaikan dan keduniaan yang fana.
Kemudian, aku pun kembali kepada mereka, sedang aku berharap bahwa aku dapat mengkhatamkan hafalanku pada hari terakhir di bulan Ramadhan, serta mendapatkan dua kebahagiaan. Akan tetapi, ketika yang kuharapkan belum terwujud, cobaan dan ujian dari Rabb semesta alam datang padaku. Apakah aku akan melanjutkan hafalanku ataukah aku menghentikannya ? Akan tetapi, Alhamdulillah, aku tidak berhenti menghafal.
Mungkin kalian tidak percaya bahwa pada suatu hari, aku tidak dapat menghafal kecuali hanya dua halaman. Bukan karena aku tidak bisa, akan tetapi hal itu disebabkan karena aku sangat disibukkan dengan sesuatu yang menimpaku. Keempat anakku semuanya menderita demam tinggi, hingga mereka tidak bisa tidur sepanjang malam. Oleh karena itu, aku pun banyak begadang malam untuk menemani mereka. Akhirnya aku pun jatuh sakit.
Alhamdulillah, walaupun sakit, aku tidak berhenti melanjutkan hafalanku. Setelah mereka sembuh, aku bertawakkal kepada Allah dan aku katakan pada diriku sendiri, 'Akan aku khatamkan hafalanku yang tersisa 10 juz dalam waktu dekat.' Alhamdulillah, sungguh Allah telah memberikan karunia-Nya kepadaku hingga aku dapat menghafalnya dengan cepat.
Sekarang, aku akan menceritakan kepada kalian moment-moment yang paling indah dalam hidupku, yaitu moment saat aku mengkhatamkan Al-Qur'an.
Pada pagi hari ini, aku bermimpi indah. Mimpi itu membawa kabar gembira bahwa pada hari ini aku akan mengkhatamkan hafalan Al-Qur'an. Serta-merta, aku pun amat bergembira, karena pada hari ini hafalanku yang tersisa hanya tinggal 3 juz.
Kemudian, aku mulai menghafal. Dan tanpa kusadari, aku menghafalnya dengan cepat. Satu halaman dapat aku hafal dalam waktu 8 menit, terkadang hanya 5 menit. Sehingga, ketika waktu menunjukkan jam sembilan malam, aku tidak tahu bahwa waktu itu adalah waktu yang telah lama aku tunggu-tunggu, yaitu waktu pengkhataman Al-Qur'an.
Aku terus membaca, akan tetapi aku tidak memperhatikan bahwa yang tersisa hanya tinggal beberapa halaman. Apakah kalian tahu bagaimana aku menyadarinya ? Sungguh, kalian tidak akan percaya. Aku merasakan perasaan yang aneh sekali. Perasaan ini tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Perasaan ini tidak bisa digambarkan karena ia begitu saja menyebar ke seluruh tubuhku. Perasaan yang berupa ketenangan dan ketentraman. Demi Allah, seakan-akan diriku akan terbang karena ringannya tubuh. Maka, aku pun menjadi seperti selembar bulu karena ringannya. Aku merasa heran, hingga aku bertanya pada diriku sendiri, 'Perasaan apakah ini ?' Jantungku mulai berdetak, seakan-akan ia berkata, 'Semoga keberkahan terlimpah atasmu. Engkau telah khatam menghafal Al-Qur'an. Al-Qur'an telah berada di dadamu.'
Tiba-tiba aku tersadar, aku sedang membaca akhir ayat yang mana dengannya aku mengkhatamkan Al-Qur'an. Maka, aku pun menyungkurkan diriku ke tanah, lalu aku bersujud syukur, sedang air mata kegembiraan jatuh menetes bumi. Kemudian, aku pun berlari menemui suamiku. Aku kabarkan berita gembira ini dengan penuh sukacita. Lalu, aku pun melihat mushaf yang telah menemaniku sepanjang perjalananku menghafal Al-Qur'an. Aku menangis sambil berkata, 'Wahai mushafku yang tercinta, sungguh, aku telah mendapatkan moment-moment yang paling indah(dalam hidupku).' Lalu, aku pun memeluk mushafku itu dengan erat. Berulang-ulang aku ucapkan, 'Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, sesuai dengan kemuliaan wajah-Nya dan keagungan kuasa-Nya. Alhamdulillah, aku telah khatam menghafal Al-Qur'an sebelum ajal menjemputku.' Sebelumya, aku takut jika aku mati, sedangkan aku belum sempat menghafal Al-Qur'an dengan sempurna.
Subhanallah...itulah pengalaman seorang Ukhti Ummu Zayid, walaupun dia adalah ibu rumah tangga yang sibuk dengan urusan rumah dan mendidik anak, dia tetap bisa menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Itu karena dia tidak menyia-nyiakan waktu. Semoga bisa menjadi motivasi bagi kita semua, khususnya bagi generasi muda muslim, untuk menghafal Al-Qur'an. Jazakallah...